"...........INFO KEJADIAN DI WILAYAH ANDA..........HUBUNGI KAMI DI 110 DARI HP ANDA.........."ds

Senin, 11 Februari 2013

Alun-alun Sumedang kurang Terawat


SUMEDANG, -Sejumlah sesepuh masyarakat Sumedang, mengeluhkan sekaligus menyayangkan kondisi Alun-alun Kab. Sumedang yang tampak kotor, semrawut, tidak terawat dan tertata dengan baik.
Padahal, alun-alun sebagai sentral ibu kota Kab. Sumedang, secara tidak langsung memperlihatkan ciri fisik sekaligus wajah Kab. Sumedang secara umum.
“Karena keberadaan alun-alun ini sangat penting, sehingga kami minta Pemkab Sumedang segera menata ulang dan membangun kondisi fisik Alun-alun Sumedang supaya bersih, indah, nyaman dan enak dipandang,” kata Sesepuh Sumedang sekaligus pengurus Yayasan Pangeran Sumedang dan Ketua Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU), Achmad Wiriaatmadja ditemui di Alun-alun Sumedang, Minggu (10/2).
Ia mengatakan, kondisi Alun-alun Sumedang sekarang ini, cenderung dibiarkan merana oleh Pemkab Sumedang. Selain tidak ditata dan dipelihara, lingkungannya pun tidak terawat.
Seperi halnya monumen bersejarah Lingga yang menjadi ikon Kab. Sumedang. Pagar besinya rusak dan keropos. Bahkan catnya kusam dan bentuknya pun tidak menarik.
Padahal, Lingga yang terletak di tengah alun-alun itu, monumen bersejarah pada masa pemerintahan Pangeran Soeriaatmadja yang dibangun tahun 1922.
“Pemda harusnya menata ulang dan membangun kondisi fisik alun-alun ini, terutama Lingga. Apalagi kalau Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) memiliki konsep, Lingga bisa menjadi daya tarik pariwisata,” kata Achmad.
Selain itu juga, kata dia, Pemkab Sumedang seharusnya mengatur, menata bahkan menempatkan para PKL (pedagang kaki lima) di sekitar alun-alun agar tidak semrawut. Begitu pula pengaturan pasar kaget di dalam alun-alun setiap Sabtu dan Minggu.
Pengaturan para PKL dan pasar kaget itu sangat penting guna menjaga kebersihan, keindahan dan ketertiban lingkungannya
“Bukannya kita melarang PKL berjualan atau mencari kehidupan di alun-alun, tapi tolong tetap menjaga aturan dan tata cara yang baik. Supaya lingkungannya tetap bersih dan tak banyak sampah berserakan, minimal menyediakan tong sampah,” ujarnya.
Lebih jauh ia mengatakan, seandainya pemda menata ulang dan membangun alun-alun, hendaknya menyelaraskan dengan program Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS). Hal itu, agar kondisi fisik alun-alun mencirikan karakter budaya Sunda.
“Katanya SPBS, tapi alun-alunnya sendiri tidak menampakan nilai dan corak kesundaan. Seharusnya, Disbudparpora menata alun-alun yang bernuansa sunda. Penataannya tidak perlu mengandalkan anggaran provinsi atau pusat, justru harus dari APBD kita sendiri. Alun-alun tak ubahnya seperti wajah kita. Kalau kita ingin terlihat cantik, ya harus dari uang kita sendiri. Malu dong, hanya gara-gara anggaran dari provinsi tahun 2012 tidak cair, rencana penataan dan pembangunannya jadi batal, ” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar