Sidamulih- Belasan siswa SD dari Kampung Melewong, Dusun Muaratiga, Desa Kersaratu,
Sidamulih, setiap hari terpaksa harus menyebrangi sungai sebanyak tiga kali,
untuk bisa sampai ke sekolah. Pasalnya, keberadaan Sungai Melewong di daerah
mereka, tidak memiliki jembatan untuk menyeberang.
Letak Kampung Melewong dengan kampung lain di sekitarnya, dipisahkan oleh
Sungai Melewong yang tidak memiliki jembatan. Kondisi Sungai Melewong yang
berkelok-kelok, mengakibatkan warga harus menyeberang sungai tersebut sebanyak
tiga kali, supaya bisa sampai ke kampung terdekat.
Siswa Kelas II SDN 4 Sidomulyo, Mita Kustiana (8) menceritakan, agar pakaian
dan sepatunya tidak basah, solusinya menggunakan kayu atau bambu sebagai
titian. Bambu dan kayu tersebut biasanya disimpan di tempat tersembunyi jika
selesai digunakan.
“Kayu dan bambu yang selesai dipakai, terus disimpan di tempat khusus. Kalau
tidak disimpan ada kalanya hujan, jadi kayunya suka hanyut,” kata Mita.
Menurut Mita, ia mengaku sering jatuh di Sungai Melewong. Tepatnya ia jatuh,
saat kakinya terpeleset ketika meniti batang kayu atu bambu yang dipakai
menyeberang.
“Kalau jatuh di sungai ya sering Pak. Jika kaki saya terpeleset pada saat
menyeberang sungai menggunakan bambu, ya pasti jatuh, atuh,” terang Mita.
Menurut Mita, walaupun jam sekolah memungkinkan pulang lebih dulu ke rumah,
namun ia tetap pulang bersama-sama dengan teman-temannya yang kelasnya tinggi.
Karena, kata Mita, ia takut pulang sendiri, khawatir pada saat melintas sungai
terjatuh dan terbawa arus.
“Terpaksa, saya pulangnya sama-sama dengan kakak kelas. Pulang sendirian takut,
kalau-kalau jatuh
pada waktu
melintas sungai,” kata Mitha.
Warga Kampung Melewong, Iwan (36) mengaku khawatir tentang keselamatan
anak-anak sekolah yang setiap hari melintas sungai, akibat tidak ada jembatan.
Apalagi, jika semalaman hujan para orangtua biasa mengantar mereka ke tepi
sungai untuk menyeberangkan anak-anaknya, atau sama sekali melarang mereka
berangkat sekolah.
“Mereka sudah terbiasa melintasi sungai. Namun, apabila hujan turun dan air
sungai meluap mereka tidak berangkat ke sekolah lebih baik tinggal di rumah,”
kata Iwan.
Kepala Dusun Muaratiga, Tursih berharap dengan terbentuknya Kabupaten
Pangandaran nanti, pemerintah mau peduli. Menurut Tursih, keberadaan jembatan
bagi masyarakatnya sangat penting, untuk bertransportasi.
“Kami minta dukungan terhadap pemerintah Kabupaten Pangandaran. Jembatan di
Sungai Melewong sangat penting untuk kami, karena kami akan leluasa untuk pergi
kemana saja dan kapan saja jika jembatannya ada,” kata Tursih.
Tarsih menggambarkan rasa misrisnya ketika warganya ada yang harus melahirkan
ke Puskesmas. Menurut dia, karena tidak ada jembatan warganya yang akan
melahirkan terpaksa ditandu, karena kendaraan tidak bisa masuk. (Ab@h)