"...........INFO KEJADIAN DI WILAYAH ANDA..........HUBUNGI KAMI DI 110 DARI HP ANDA.........."ds

Jumat, 11 Januari 2013

Denyut Ekonomi Warga Pesisir Tasikmalaya Terhenti

TASIK, Sebagian besar nelayan Cipatujah absen melaut karena cuaca buruk, terhitung sejak sepekan terakhir. Kondisi tersebut memaksa denyut ekonomi lebih dari tiga ratus nelayan di Pamayangsari Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya misalnya berhenti berdetak. Sebagian nelayan yang memiliki ternak dan kebun memilih fokus dengan usaha itu. Tak sedikit diantara mereka hanya ongkang-ongkang kaki atau membenahi jaring atau peralatan melaut lain sembari menanti cuaca bersahabat.
Jika memaksakan me­laut, ongkos yang harus dikeluarkan nelayan membengkak dan hasil tangkapan kurang memuaskan. Bensin misalnya bisa beng­kak dua kali lipat, ka­rena perahu lebih banyak mela­wan arus yang membuat bahan bakar tersebut boros.
Memaksakan melaut acap dipilih sebagian ne­layan karena tidak ada sam­pingan lain untuk menjamin dapur keluarga tetap ngebul. Hanya Yuyung (27) seorang nelayan mengaku tak mau mengambil resiko dengan lebih memilih be­ter­nak kambing yang menjadi ”cengcelengan” yang sudah disiapkan guna menghadapi situasi itu.
”Memang dalam situasi seperti ini, cuaca adaka­lanya bersahabat. Dalam seminggu, cuaca baik paling dua sampai tiga hari saja, sisanya buruk dan nelayan tak mau ambil resiko,” ungkap Yuyung di Kantor Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (10/1).
Data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tasikmalaya menyebutkan 20 persen dari 3.580 ne­layan Tasikmalaya tetap melaut. Sedangkan 80 per­sennya memilih istirahat karena cuaca buruk. Om­bak di pantai selatan Ta­sikmalaya naik hingga 3 meter akibat angin barat yang kerap terjadi di awal tahun.
Yuyung menyebutkan di saat cuaca normal biaya yang dikeluarkan untuk satu kali melaut mencapai sebesar Rp 100.000. Na­mun, saat ini, ia harus mengeluarkan biaya hingga Rp 150.000 yang sebagian besarnya untuk membeli bahan bakar. Untuk perahu berkekuatan mesin 15 PK dengan daya tempuh maksimal 1 mil, ia hanya butuh 6 liter bensin saat cuaca normal. Harga bensin Rp 6.000 per liter. Namun, saat ini, ia harus membeli 12 liter bensin dengan harga yang sama. Cuaca buruk membuat mesin kapal bekerja lebih berat karena harus berlayar me­lawan ombak tinggi.
Pengeluaran yang ditanggung nelayan tidak sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan nelayan. Sekali melaut paling menghasilkan 1 kuintal ikan. Sementara di saat cuaca bagus bisa menghasilkan ikan hingga 2 kuintal.
”Musim angin barat se­perti sekarang ini ikan layur sedang banyak, tetapi karena ombak besar penghasilan menurun,” kata Dudi (25) nelayan lainya sambil menyebutkan harga ikan layur saat ini Rp 13.000-Rp 15.000 per kg. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar