"...........INFO KEJADIAN DI WILAYAH ANDA..........HUBUNGI KAMI DI 110 DARI HP ANDA.........."ds

Sabtu, 16 Maret 2013

TIAP HARI SEBRANGI SUNGAI MENUJU SEKOLAH


Sidamulih- Belasan siswa SD dari Kampung Melewong, Dusun Muaratiga, Desa Kersaratu, Sidamulih, setiap hari terpaksa harus menyebrangi sungai sebanyak tiga kali, untuk bisa sampai ke sekolah. Pasalnya, keberadaan Sungai Melewong di daerah mereka, tidak memiliki jembatan untuk menyeberang.
Letak Kampung Melewong dengan kampung lain di sekitarnya, dipisahkan oleh Sungai Melewong yang tidak memiliki jembatan. Kondisi Sungai Melewong yang berkelok-kelok, mengakibatkan warga harus menyeberang sungai tersebut sebanyak tiga kali, supaya bisa sampai ke kampung terdekat.
Siswa Kelas II SDN 4 Sidomulyo, Mita Kustiana (8) menceritakan, agar pakaian dan sepatunya tidak basah, solusinya menggunakan kayu atau bambu sebagai titian. Bambu dan kayu tersebut biasanya disimpan di tempat tersembunyi jika selesai digunakan.
“Kayu dan bambu yang selesai dipakai, terus disimpan di tempat khusus. Kalau tidak disimpan ada kalanya hujan, jadi kayunya suka hanyut,” kata Mita.
Menurut Mita, ia mengaku sering jatuh di Sungai Melewong. Tepatnya ia jatuh, saat kakinya terpeleset ketika meniti batang kayu atu bambu yang dipakai menyeberang.
“Kalau jatuh di sungai ya sering Pak. Jika kaki saya terpeleset pada saat menyeberang sungai menggunakan bambu, ya pasti jatuh, atuh,” terang Mita.
Menurut Mita, walaupun jam sekolah memungkinkan pulang lebih dulu ke rumah, namun ia tetap pulang bersama-sama dengan teman-temannya yang kelasnya tinggi. Karena, kata Mita, ia takut pulang sendiri, khawatir pada saat melintas sungai terjatuh dan terbawa arus.
“Terpaksa, saya pulangnya sama-sama dengan kakak kelas. Pulang sendirian takut, kalau-kalau jatuh
pada waktu


melintas sungai,” kata Mitha.
Warga Kampung Melewong, Iwan (36) mengaku khawatir tentang keselamatan anak-anak sekolah yang setiap hari melintas sungai, akibat tidak ada jembatan. Apalagi, jika semalaman hujan para orangtua biasa mengantar mereka ke tepi sungai untuk menyeberangkan anak-anaknya, atau sama sekali melarang mereka berangkat sekolah.
“Mereka sudah terbiasa melintasi sungai. Namun, apabila hujan turun dan air sungai meluap mereka tidak berangkat ke sekolah lebih baik tinggal di rumah,” kata Iwan.
Kepala Dusun Muaratiga, Tursih berharap dengan terbentuknya Kabupaten Pangandaran nanti, pemerintah mau peduli. Menurut Tursih, keberadaan jembatan bagi masyarakatnya sangat penting, untuk bertransportasi.
“Kami minta dukungan terhadap pemerintah Kabupaten Pangandaran. Jembatan di Sungai Melewong sangat penting untuk kami, karena kami akan leluasa untuk pergi kemana saja dan kapan saja jika jembatannya ada,” kata Tursih.
Tarsih menggambarkan rasa misrisnya ketika warganya ada yang harus melahirkan ke Puskesmas. Menurut dia, karena tidak ada jembatan warganya yang akan melahirkan terpaksa ditandu, karena kendaraan tidak bisa masuk. (Ab@h)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar